Bagi sebagian orang Indonesia, khususnya generasi yang lahir pada 1970-an dan sebelumnya, nama Datsun bukan lagi asing. Sudah “sangat akrab” baik sebagai kendaraan niaga (pikap) di daerah sampai sebagai mobil reli yang hebat!

Karena itulah, begitu ada berita Datsun akan dihidupkan kembali, bermula dari Indonesia lagi, penggemarnya langsung menyambut dengan gembira.
Datsun memang telah lama menghilang. Namun DNA tetap hidup dalam dirin Nissan yang sekarang ini merupakan produsen mobil nomor dua di Jepang. Penggunaan merek Datsun dihentikan pada 1981 atau tiga dekade lalu.

Menurut Nissan Motor – tidak lupa sejarah - nama asli Datsun sebenarnya berasal dari nama perusahaan yaitu DAT (atau DAT Motor Vehicle). Nama perusahaan tersebut dalam bahasa Jepang adalah Kwaishinsha Jidosha Kojo yang didirikan oleh Masujiro Hashimoto pada 1911.

Mimpi Hashimoto, membuat mobil yang cocok untuk orang Jepang dan bila mungkin diekspor. Pada 1914, ketika ia selesai membuat mesin kecil 2-silinder dengan tenaga setara 10 ekor kuda, untuk menamakannya, dipinjamlah nama depan tiga penemunya, masing-masing singkatan dari K. Den, R.Aoyama dan M. Takeuchi menjadi “DAT”. Nama tersebut pun digunakan untuk mobil yang dibuatnya.

Kwaishinsha kemudian merger dengan Jitsuyo Co. Ltd. membentuk Dat Jidosha Seizo Co. membuat mobil untuk militer. Pada 1931 perusahaan tersebut mengembangkan mobil baru yang memnggunakan mesin 500 cc yber tenaga tenaga 10 PS , tetgap dengan semangat DAT.

Mobil tersebut dimensi lebih kompak dari DAT sehingga disebut DATSON – merupakan istilah dari “Son of DAT”. Di Jepang, kata “son” dihilang diganti dengan “SUN”. Kata terakhir bertujuan untuk memberikan pencerahan. Mobil dengan merek Datsun pertama dijual pada Maret 1932.

Ada hal menarik dari rencana Nissan untuk memulai memproduksi mobil kembali merek Datsun pada 2014. Momen tersebut sekaligus digunakan untuk merayakan 100 tahun kelahiran Datsun.

Ini beberapa Mobil Datsun lama yang buat ane kesemsem Gan, semoga aja model yang baru sama yahudnya sama model Datsun yang lama :